Pekanbaru – Anggota Komisi I DPRD Provinsi Riau Mardianto Manan memberi beberapa catatan atas kinerja Syamsuar sebagai kepala daerah selama ini.
Hal tersebut disampaikan oleh Mardianto dikarenakan Syamsuar telah resmi menyampaikan surat pengunduran dirinya sebagai Gubernur Riau (Gubri) sejak akhir September 2023 lalu. Alasannya karena ingin mengikuti Pemilihan Legislatif (Pileg) DPR RI.
Surat pengunduran diri itu juga telah dibacakan secara terbuka dalam sidang paripurna DPRD Provinsi Riau pada (5/10/2023) lalu.
Namun, Syamsuar masih bertugas sebagai gubernur sampai surat pengunduran dirinya disetujui oleh Kemendagri. Serta ditetapkan melalui Surat Keputusan (SK) atau hingga Daftar Calon Tetap (DCT) diumumkan oleh KPU pada 4 November 2023 mendatang.
Atas hal itu, Anggota Komisi I DPRD Provinsi Riau Mardianto Manan memberi beberapa catatan atas kinerja Syamsuar sebagai kepala daerah selama ini.
“(Catatan) dari beberapa sektor terutama infrastruktur sangat banyak. Tidak usah jangka panjang lima tahun, Quran Center saja masih menggantung, belum lagi jembatan Pedamaran. Banyak jadinya PR dari bidang infrastruktur yang belum selesai,” ujarnya, Rabu (18/10/2023).
Mardianto juga menyoroti soal kerusakan jalan yang masih menjadi momok terbesar bagi masyarakat Riau secara umum.
“Kondisi jalan pada saat ini yang sangat rusak itu berkisar lebih kurang 40 persen. Sangat rusak loh, bukan hanya rusak. Karena rusak dan sangat rusak itu lain lagi. Artinya itu ada lah pembenahan ke depannya oleh gubernur selanjutnya,” terangnya.
Tak hanya infrastruktur, Sekretaris Fraksi PAN DPRD Provinsi Riau itu juga memberi catatan terhadap program pengembangan sumber daya manusia dan pendidikan di bawah kepemimpinan Syamsuar.
“Termasuk juga pengembangan sumber daya manusia, saya rasa masih kurang. Pendidikan-pendidikan, SMP, SMA, belum terakomodir nampaknya. Saya tinggal di Panam, dekat Jalan Melati Indah, dari dulu itu persoalan zonasi-zonasi (tak kunjung selesai). Kami tak punya SMP, tak punya SMA. Dalam radius satu kilometer lebih di tempat kami itu tidak ada (SMP maupun SMA). Katanya sekarang sudah mulai diapakan tapi bangunannya belum ada,” pungkasnya.
“Termasuk kasus-kasus lain seperti karhutla masih tetap terjadi. Kita belum bisa menghambat atau mencegah hotspot-hotspot (titik api). Masalah lingkungan juga banyak daftar antrinya saya tengok. Sungai Indragiri dengan PETI (pertambangan ilegal) yang mulai merusak, terjadi abrasi, banjir dan lain sebagainya,” tambahnya.
Meskipun begitu, Mardianto tak menampik bahwa Syamsuar tetap ada berbuat untuk Provinsi Riau.
“Memang tidak sempurna semuanya (yang dikerjakan Syamsuar), memang dia sudah ada berbuat, tapi masih jauh saya tengok,” katanya.
Sebagai indikator apa saja pencapaian yang telah dilakukan Gubri, lanjut Mardianto, sebenarnya bisa dilihat dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Provinsi Riau dan visi Syamsuar-Edy.
“Dalam RPJM itu kan nampak langkah-langkahnya. Pada tahun 2019 apa, tahun 2020 apa, nampak nanti semuanya itu. Nah kira-kira persentasi yang tercapai sekarang itu dari visi 5 tahun gubernur itu sudah tercapai apa belum? Kalau saya melihat, syukur kalau bisa tercapai 60 persen. Tapi saya menengok, proyeksi dan penilaian saya, baru 50 persen. Tapi ini butuh kajian,” tutupnya.