Pekanbaru – DPRD Provinsi Riau mengingatkan bahaya kelompok Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) dan Kasus HIV. Bahkan, diduga ada mahasiswa berprestasi yang terpapar.
Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua DPRD Provinsi Riau Agung Nugroho, Rabu (13/9/2023). Agung mengimbau masyarakat Pekanbaru untuk menjauhi perilaku seks menyimpang dan seks bebas.
“Pekanbaru rawan dan sangat rawan sekali kasus HIV karena LGBT dan seks bebas. Kasus HIV terus bertambah, ini sangat perlu diantisipasi sekali. Apalagi dengan LGBT yang memang sangat rawan sekali di Pekanbaru,” kata Agung.
Politisi Partai Demokrat ini mengungkap, laporan masyarakat ada seorang mahasiswa terjangkit HIV karena perilaku seks bebas. Padahal, kata Agung, orang tersebut memiliki prestasi akademik yang bagus.
“Padahal, anak tersebut tergolong berprestasi dan bisa dijamin akan memiliki karir yang cemerlang. Tapi hilanglah masa depan anak itu karena sudah terjangkit HIV,” ujarnya.
Agung menyebut, perilaku seks bebas dan seks menyimpang di kalangan anak muda sudah memasuki tahap mengkhawatirkan. Ini sangat rawan dan beresiko merusak masa depan generasi bangsa, masa depan taruhannya.
“Makanya kami akan mendorong untuk disediakan rehabilitasi fisik dan mental, karena dia (anak-anak muda) ini perlu dorongan dan tidak boleh dijauhi, itu melanggar hak asasi mereka, tidak boleh dijauhi,” kata Agung.
Agung juga meminta masyarakat untuk tidak menjauhi orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Namun, ODHA harus diberi pengertian tentang penyakit yang diderita sehingga mendapatkan pengobatan.
“Kita harus beri pengertian kepada mereka (ODHA) agar mereka tetap produktif dan jangan putus obatnya serta jangan sampai kecil hatinya sehingga melakukan hal-hal tidak baik kepada dirinya sendiri karena putus asa,” kata Agung.
Sebagai bentuk pencegahan penyebaran HIV lebih lanjut, Agung mendorong pemerintah untuk melakukan pemeriksaan secara masif. Agung menyebut, perlu meningkatkan pemeriksaan HIV dan AIDS.
“Karena virus ini bukan tipe virus yang langsung dirasakan tanda-tandanya, dia bisa 1-2 tahun baru terasa, bahkan 5 tahun. Nah kalau orang yang terjangkit tidak tahu kondisinya, tidak diperiksa, ini kan bisa menular kemana-mana,” tutupnya.