Pekanbaru – Anggota Komisi V DPRD Provinsi Riau Marwan Yohanis, turut menanggapi viralnya kisah seorang calon legislatif (caleg) di Bondowoso yang nekat menjual ginjal untuk biaya kampanye.
Marwan yang pernah dipercaya Prabowo Subianto menjadi Ketua DPD Gerindra Riau tahun 2010-2016 itu percaya bahwa seseorang tak perlu sampai mengorbankan tubuhnya sendiri hanya demi nyaleg.
“Kalau orang sampai melakukan sesuatu di luar kewajaran, itu menurut saya tidaklah patut dilakukan. Apalagi sampai mengorbankan organ tubuh kita sendiri. Karena kalau dikaitkan dengan biaya, apakah memang begitu besar biaya politik? Saya rasa tidak,” ujarnya, Senin (22/1/2024).
Politisi Partai Gerindra itu menyebut bahwa ada dua hal utama yang perlu disiapkan caleg. Apabila dua cara utama itu tidak bisa dilakukan, maka uang menjadi pilihan terakhir.
“Saya selalu sampaikan orang memilih kita itu didorong oleh tiga hal, ini skopnya Indonesia, ya. Pertama adanya hubungan emosional. Inilah yang akan menentukan pilihan pertama orang jatuhnya pada kita,” tuturnya.
Hubungan emosional, jelas Marwan, bisa diakibatkan oleh beberapa hal seperti adanya hubungan kekeluargaan, kedaerahan, keagamaan hingga hubungan yang terbangun karena si caleg memang sudah lama berkomunikasi dengan masyarakat di daerah pemilihannya.
“Hubungan ini juga bisa terbentuk begitu saja tergantung bagaimana cara kita bersikap sehari-hari dengan masyarakat. Kalau hubungan emosional itu terbangun insya Allah menjadi alternatif pertama pilihan masyarakat kita. Makanya orang sering kadang berkampanye itu menjual isu kedaerahan, menjual isu sentimen agama dan lainnya, karena itu juga membangun hubungan emosional,” paparnya.
Faktor kedua masyarakat memilih caleg, lanjut Marwan, adalah karena popularitas.
“Contoh, kalau di Kuansing ini lagi musim pacu jalur. Mungkin dengan hadir membantu jalur, mengadakan turnamen, jadi panitia turnamen. Ada orang kegiatan gotong royong, yasinan atau apapun kegiatan di masyarakat, kita hadir tanpa membedakan suku, agama atau golongan manapun. Kita bangun itu dan akhirnya kita akan dikenal,” terangnya.
Hal ketiga sekaligus terakhir yang dibutuhkan caleg untuk berkampanye, menurut Marwan, barulah uang.
Uang ini pun dikeluarkan karena si caleg tidak memiliki dua hal utama tadi yaitu hubungan emosional dan kedekatan dengan masyarakat.
“Kita yang menyediakan uang karena ingin dikenal. Bikin acaralah sebesar-besarnya jelang Pemilu, bikin baliholah sebanyak-banyaknya jelang Pemilu. Karena apa? Karena kita muncul memang hanya saat mau Pemilu. Sementara orang lain mungkin sudah bergerilya sejak lima tahun yang lalu,” sebutnya.
Semakin tidak dikenal seorang caleg, tambah Marwan, maka akan semakin sulit ia untuk memenangkan hati masyarakat dan terpaksa menggunakan uang sebagai cara terakhir.
“Jadi kenapa ongkos politik itu sampai banyak, karena memang hanya ketika mau nyaleg saja baru turun, makanya seperti itu,” tutupnya.